Monday, September 30, 2013
Pillars of Da'wah by Nayzak
hi. assalamualaikum.
It has been so long since my last visit to NAYZAK.
his article about 'sabeelee' which I understood the meaning as 'ways' is about da'wah. Sort of, Ways in Da'wah. As usual, his art always stunning to me and I am so attract to this calligraphy.
In shaa Allah, hope that this article will be beneficial to all of us. :-)
All the prophets of the God Almighty -peace be upon them- called their people to follow Islam -the way of submission to the will of the God-. Certainly, calling people to the worship of the One true God and serving Him in all we do was something each true prophet of the One Almighty God did. Each prophet, in his life, was the way, the truth and the light. whoever follows the prophet gets eternal life and salvation, by God's will. People have the ability to go right or go wrong. so they need to be called out of darkness and into light, from false beliefs to true Faith, from shirk (polytheism) to tawheed (Pure Monotheism), and from the Fire to Paradise. this is from God's Love and mercy.
The Da'wah (invitation or call to the God) is established upon foundations which are absolutely essential. If any of these are missing the da'wah will not be correct and will not produce the desired results - no matter how much effort is expended and time wasted - and this is the reality which we witness with regard to many of the present day calls which are not supported by those pillars and built upon those foundations.
THE PILLARS OF DA'WAH:
These pillars which support the correct da'wah are clearly shown in the Book of the God Almighty and the teachings of his final prophet, and can be summarised as follows:
1. Knowledge of that which one calls to:
Since the ignorant person is not suitable to be a caller to Islam (daa'ee). Allah, the Most High, says to Mohammed -peace be upon him-:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Say, "This is my way; I do invite unto Allah, with baseerah, I and those who follow me. Glory be to Allah! and I am not of the idolaters (Those who associate other with Allah)"
Translation of 12:108
Baseerah, in Arabic, is knowledge, clear evidence and proof. The caller is certain to face those who will attack him with doubts and futile arguments in order to rebut the truth. He's certain to face those who are scholars of misguidance, those who try to attack him with falsehood and lies, with aggression and rudeness. but The God, the Most High, says:
وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
... and argue with them in the best manner...
Translation of 16:125
2. Acting in accordance with that which he calls to:
So that he will be a good example - his actions attesting to his words, and leaving no excuse for the opponents of the Truth. Allah, the Most High, said about His Prophet Shu'ayb* that he said to his people:
قَالَ يَا قَوْمِ ... وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ
He said, "O my people, ...I wish not, in opposition to you, to do that which I forbid you to do. I only desire (your) betterment to the best of my power..."
Translation from 12:108
Allah the Most High, said in Quran:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Who is better in speech than one who calls (people) to Allah, works righteousness, and says, "I am one of the Muslims (i.e., those who surrender (to the God Almighty)"?
Translation of 41:33
3. Purity of intention (Al-Ikhlaas):
Such that the call is made purely and sincerely to seek the Face of the God - not for show, or repute, or status, or leadership, nor desiring worldly goals - since if any of these goals adulterate it, the call will not be for the God Almighty, rather it would then be a call for oneself or for the attainment of the worldly goal - as Allah informs that His Prophets said to their people:
قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَالَمِينَ
Say: "No reward for this do I ask of you: This is no less than a message for the worlds."
Translation of 6:90
and
وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ
"And O my people! I ask you for no wealth in return: my reward is from none but Allah
Translation of 11:29
* Shu'ayb: sometimes identified with the Biblical Jethro
from islamnewsroom.com/news-we-need… with some changes
I hope this was beneficial
IN THE DRAWING:
the Qur'anic verse 12:108:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي written in Nastaligh script
أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ written in Thuluth script
Ayat Ahkam (Al-Furqan:63-68) - Sifat 'Ibad ar rahman #1
Assalamualaikum wbt.
selamat malam. Barakallahufikum.
Malam ne terasa nak mulakan nota dengan nota untuk subj Syariah Sem 3.
Kebetulan dapat handout pagi tadi berkenaan tajuk
ayat ahkam ; Surah Al-Furqan : 63-68 ; Sifat 'Ibad ar-Rahman.
In shaa Allah semoga sama-sama beroleh manfaat :-)
ASBAB NUZUL AYAT 68 :-
Abdullah Bin Mas'ud mengatakan, dia bertanya kpd Rasulullah saw, "Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?" Rasulullah saw menjawab, "kamu menyekutukan Allah, sedangkan DIA yang menjadikan kamu." Aku berkata, "kemudian apa lagi?" baginda menjawab, " Kamu membunuh anakmu kerana bimbang kekurangan makanan denganmu." Aku bertanya, "Kemudian apa lagi?" baginda menjawab, "kamu berzina dgn isteri tetanggamu." maka turunlah ayat ini membenanrkan ucapan Rasulullah saw.
MUNASABAH AYAT SEBELUM :-
Dalam ayat-ayat sebelumnya, Allah swt menjelaskan gambaran org kafir yang tidak mahu patuh, sujud dan taat kepadaNYA. Seterusnya Allah swt ada menyebut beberapa sifat dan ciri hambaNYA yang beriman seperti berakhlak dengan akhlak mulia dan mereka mendapat ganjaran yang besar daripada Allah swt.
MUNASABAH AYAT SELEPAS :-
Dalam ayat selepasnya, Allah menjelaskan ciri-ciri hambaNYA yang beriman dengan gelaran 'Ibad ar-Rahman yang akan menerima ganjaran besar daripada Allah swt. Seterusnya Allah menerangkan balasan azab yang akan diterima oleh mereka yang ingkar perintah Allah swt, melainkan mereka bertaubat dan melakukan amal-amal soleh.
63. Dan hamba2 Ar-Rahman (yang diredhainya) ialah mereka yang berjalan di bumi dgn sopan santun dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab hadapkan kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari perkara yang tidak diingini.
64. Dan mereka (yang diredhai Allah) itu ialah yang tekun mengerjakan ibadah kepada Tuhan mereka pada malam hari dgn bersujud dan berdiri.
65. dan juga mereka yang berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami, sisihkanlah azab neraka jahanam dari kami. Sesungguhnya azab seksaNYA itu adalah mengerikan
66. Sesungguhnya neraka jahanam itu tempat penetapan dan tempat tinggal yang amat buruk.
67. Dan juga mereka (yang diredhai Allah itu) ialah yang apabila membelanjakan hartanya, tidak melampaui batas dan tiada bakhil kedekut dan perbelanjaan mereka adalah betul sederhana di antara kedua-dua cara (boros dan bakhil) itu.
68. Dan juga mereka yang tidak menyembah sesuatu yang lain bersama-sama Allah swt dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, kecuali dgn jalan yang hak (yang dibenarkan oleh syarak) dan tidak pula berzina; dan sesiapa yang melakukan sedemikian akan mendapat balasan dosanya.
SIFAT 'IBAD AR-RAHMAN BERDASARKAN AYAT :-
*ayat dan terjemahan berwarna*
- Lemah lembut, tenang dan khudu' (rendah hati)
- Apabila ada orang yang mengucapkan kata-kata celaan atau dgn kata-kata tidak baik, mereka membalas dengan kata-kata yang baik.
- Mengerjakan qiamullail di malam hari
- Berdoa - Mendoakan agar dijauhkan dari seksaan dan azab api neraka.
- Menginfak atau membelanjakan harta secara tidak boros (membazir) mahupun bakhil (kedekut)
- Tidak menyekutukan Allah dengan segala sesuatupun.
- Tidak membunuh orang atau mengambil nyawa orang sesuka hati melainkan yang dibenarkan oleh syarak
- Tidak berzina.
# maaf. siked sangat nota kalini. Nak siapkannya ambil masa agak panjang.
In shaa Allah, ada masa akan sambung dengan makna ijmali, tafsili dan pengajaran ayat pule.
Terpaksa proceed untuk ulangkaji dan nota ekonomi pule :-)
GLOSARI PER-KATA
هَوْناً – Berjalan dgn tidak sombong, bongkak
atau gah. Tak cepat sangat dan tidak terlalu perlahan (lenggang)
& tidak menghentak kaki
يَبِيتُونَ - bangun malam
يَقُولُونَ -
berdoa
اصرف عَنَّ – jauhkan
غَرَامًا – ngeri atau amat hodoh, jelek
سَآءَتْ – sangat buruk
لَمْ يَسْرِفُو – tidak
berlebih-lebihan
لَمْ يَقْتُرُوا – tidak kedekut
Saturday, September 28, 2013
Repost from sis Dena Bahrin #2
# Huda ckp aku suka dia kerana rupa. Ouchh. That's a bit harsh and I am quite offended back then. Am I being that rupalistik? Yeahh, I admit that these couple of days, I've been telling her that I adore how handsome he is, how smart he looked, how I stare at him, getting his picture and sort of. Tengah putus fius agaknye, sampaikan sikap gile mengusya tu singgah kejap. But anyway, I still insist that I don't like him because of his look. Look is something subjective and it is different between people. I've been crying, waiting, missing, liking, praying, longing all the way before. I did experienced those feels of nervousness and got butterfly in my stomach just to be near or bumped into him. His outer appearance come second. When I am re-thinking about what she's saying, I think she said so because it's not like my feeling is serious anymore. It seemed like his look has became the factor of attraction. Lol. Maybe I am too stable that my feeling ain't cling all over my emotion that's why I don't look like the typically and pathetic me. Haahhh.. entah lahh.
Bole jadi je sebenarnya, feeling aku dah start fade away. maybe aku tak perasan. Wallahu'alam. Dalam tempoh tak contact dan tak interact by any means to each other ne, aku masih belajar utk tentukan whether feeling aku ini serius mahupun tidak. Well said, aku pun salu doa kalau betul takde jodoh and tak boleh bersama.. aku harap perasaan ne boleh pergi tanpa aku sedar. That's much better and less pain, right? Bila feeling tu natural, aku pun boleh istikaharah tanpa dipengaruhi emosi dn perasaan. How I wish for it. In addition, klw betul feeling ne fade away.. good to know sbb aku beranggapan dia tentu dah tak berperasaan dkt aku skang ne. Boleh redha dgn sebenar-benar redha dan act matured. :-)
Ekonomi Malaysia Bab 1 - Upah
Hype. Assalamualaikum and gnaidd fellas.
Faktor yang membezakan upah buruh :-
Faktor yang membezakan upah buruh mengikut sektor
Today I'm going to make some update for my stpm note's page.
I need to even I don't really want to. Because if I'm not updating, then I'll not going to do any revision. So, that is worst. Right? This is better :-)
I'm going to share note about 'upah'
here we go .....
np Maulaya - Maher Zain *bestbest*
Upah
- Upah Wang
- Pembayaran yang diberikan dalam bentuk wang kpd buruh atas sumbangan mereka dlm proses pengeluaran.
- Upah Bukan Wang
- Pembayaran yang diberikan dlm bentuk perkhidmatan atau barang kepada buruh ats sumbangan mrk dlm proses pengeluaran.
- Upah Benar
- Kuasa beli atau keupayaan upah wang untuk mendapatan sejumlah barang atau perkhidmatan.
Upah Benar
- Kuasa beli atau keupayaan upah wang untuk memperoleh/dapatkan sejumlah barang atau perkhidmatan.
- Upah wang mempunyai kaitan dengan perubahan tingkat harga umum.
- Semakin tinggi tingkat harga umum sesuatu barang atau perkhidmatan, semakin merosot nilai upah benar
- Kerana upah benar dipengaruhi perubahan harga umum, maka upah benar dihitung melibatkan indeks harga pengguna (IHP) iaitu IHP0 (Indeks Harga Pengguna tahun sebelumnya) dan IHP1 (Indeks Harga Pengguna Tahun Semasa)
- Formula :
6. Upah benar mempunyai hubugan songsang dengan indeks harga pengguna.
- Apabila indeks harga naik, upah benar turun
- Apabila indeks harga turun, upah benar menaik
- faktor yang membezakan upah mengikut sektor
- faktor yang membezakan upah mengikut pekerjaan
- Secara umumnya upah yang dibayar kpd buruh dlm sektor pembuatan lebih tinggi berbanding upah yg dibayar kpd buruh dlm sektor pertanian. hal ini disebabkan faktor-faktor berikut :-
- Perbezaan daya pengeluaran
- Pengeluaran dlm sektor pembuatan yg lebih cenderung kepada kaedah berintensifkan modal dgn gunakan teknik saintifik dan amalkan pengkhususan menyebabkan daya pengeluarannya adalah sangat tinggi.
- Sebaliknya pengeluaran dlm sektor pertanian yang cenderung menggunakan kaedah intensif buruh serta guna teknik tradisional pula menyebabkan daya pengeluarannya lebih rendah.
- Oleh itu, upah yg dibayar kpd buruh dalam sektor pembuatan kebiasaanya sentiasa lebih tinggi krn daya pengeluarannya yang lebih tinggi.
- Perbezaan Keanjalan permintaan dan penawaran barang
- Dalam sektor pembuatan, barang perkilangan mempunyai permintaan dan penawaran yang lebih anjal berbanding dgn barang pertanian.
- Penawaran yang lebih anjal bermakna, barang keluaran kilang senang ditambah apabila harga naik.
- Permintaan yang lebih anjal pula bermakna, barang perkilangan tak menghadapi perubahan harga yg besar apabila berlaku perubahan dlm penawaran
- Hal ini menunjukkan kestabilan harga barangan kilang. Oleh sebab ini, upah yg dibayar kpd buruh dlm sektor pembuatan adlh lebih tinggi berbanding buruh dlm sektor pertanian.
- Perbezaan keanjalan pendapatan antara sektor
- Pertambahan isi rumah membawa kepada pertambahan permintaan yang lebih besar terhadap barang perkilangan seperti telefon bimbit dan komputer berbanding permintaan terhadap barangan pertanian seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
- Keadaan ini menambahkan keuntungan firma dlm sektor pembuatan dgn kadar yg lebih besar drpd sektor pertanian.
- Oleh itu upah yang dibayar kepada buruh dalam sektor pembuatan sentiasa lebih tinggi berbanding upah kepada buruh dalam sektor pertanian.
- Perbezaan mobiliti buruh antara sektor
- Perbezaan keluaran antara sektor
- Perbezaan Kesatuan sekerja
Faktor yang membezakan upah mengikut pekerjaan
- Upah yang dibayar kepada buruh adalah berbeza mengikut sektor tidak kira dalam sektor pertama, kedua mahupun ketiga. Hal ini dipengaruhi faktor-faktor berikut :-
- Perbezaan sifat pekerjaan
- Buruh yang mempunyai pekerjaan yang mudah dan selamat akan dibayar dengan upah yang lebih rendah berbanding buruh mempunyai jenis pekerjaan sukar dan berbahaya.
- Buruh yang mempunyai jenis pekerjaan memerlukan kebolehan mental (cth doktor) atau kebolehan fizikal (pemain bola sepak professional) yang tinggi dibayar upah yang lebih tinggi.
- Perbezaan jumlah jam bekerja
- Buruh yg dibayar mengikut jumlah jam bekerja atau mengikut jumlah keluaran akan dibayar lebih tinggi sekiranya sanggup bekerja lebih lama/ lebih masa.
- Contohnya:
- Tukang jahit yang sanggup menerima tempahan menjahit baju yang lebih banyak akan mendapat upah yang lebih tinggi.
- Pekerja pusat membeli-belah yang sanggup bekerja ketika cuti umum juga dibayar upah yang lebih tinggi krn sanggup mengobankan masa rehat sempena cuti umum,
- Perbezaan bakat semula jadi/ keanjalan penawaran
- Individu yang mempunyai bakat semula jadi luar biasa (cth pelukis penyanyi dan pelakon popular) merupakan buruh yg penawarannya tak anjal sempurna.
- Buruh yang penawarannya tak anjal sempurna bermakna dia sukar digantikan dan akn menerima upah lebih tinggi berbanding buruh kurang berbakat.
- Perbezaan kos latihan dan taraf pendidikan
- Perbezaan kekanan-an (seniority)/kebolehan
- Perbezaan tanggung jawab
DONE UPDATING! Alhamdulillah. Guys, untuk faktor yang membezakan upah buruh aku letak tiga sahaja out of six factors each. Sorry, masa tak mengizinkan untuk menaip lebih terperinci.
Anyway, there's certain factors and explanation come with the word 'keanjalan' sort of. If ta berapa clear tentang istilah tersebut bolek try rujuk SINI. Agak panjang dan terperinci. I guess, this is the syllabus for matriculation student. Hahah. Tape lahh, In shaa Allah rasanya boleh membantu jugak siked sebanyak :-)
Gnaiddmorning!
Till we meet again in my another notes, In shaa Allah.
Adios
Monday, September 23, 2013
Monolog Semalam
“Bole tak duduk
jauh daripada aku?”
”Aku tak boleh
ahhh kalau nak tgk kau tak sihat.”
”Thanks blah.”
”Gempak bhai. Kau boleh rasa ke aku telepati kau?”
*Cengggg... aku
tak habes lagi dgn mnde telepati aku tuh.*
-,-”
”Aku doakn kau
sihat k.”
”Syafaakallah.”
”Aku mintak maaf
weh.”
14000;230913
# Right now pukul 3:30 pagi; 24 Sepetember 2013. Lepas ne nak study siked untuk preparation ujian lisan bhs Arab. Abah wksap, kata akn teman aku study. In shaa Allah, mana-mana yang tak paham tu katanya.. boleh terus video call via skype ajee. Thank you so much abah :') May Allah ease me for my oral test. *aamiin*
Friday, September 20, 2013
Repost from sis Dena Bahrin #1
Assalamualaikum wbt
Good night and may Allah bless all of us *smile*
I'm going to re-post some of sis Dena's quotes which I took from her instagram.
The quotes, they sound so true. I am moved by the quotes. They sound deep too down what I felt in this current moment. I don't know what to say whenever my unspoken thought become a burdensome to me.
I am afraid people will typically judge me being skeptical or maybe being too pushy in the aspect of solving problems. That's why.. for me, it's quite hard to talk about own thought on things related to feelings and heart.
Willingly to let go persons whom are in front of you but you can't have it, is what we call 'redha'
so, be positive. Allah knows what you don't. Have faith. May Allah ease every hardship.
*note to myself in order being stronger as my life seemed to get tougher. leuls*
"At the end, all we can do is to go on and pray."
Throwback : MUET July 2013 Result
Assalamualaikum wbt.
Salam Jumaat.
Wokeyy.. sebelum mule rewind cerita semalam tentang keputusan MUET,
aku nak berkongsi satu hadis sempena dengan jumaat yang penuh berkat hari ini :-)
Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang mandi pada hari Jumaat serupa mandi junub, kemudian berpagi-pagi ia pergi ke tempat Jumaat, pahalanya serupa dengan berkorban seekor unta gemukdan yang pergi pada jam kedua, pahalanya seakan-akan pahala berkorban seekor sapi dan yang pergi jam tiga, pahalanya seperti berkorban seekor domba dan yang pergi jam keempat, pahalanya seperti berkorban seekor ayam dan yang pergi pada jam kelima, pahalanya seperti berkorban sebiji telur, maka apabila datang imam, datanglah pula malaikat-malaikat untuk mendengar khutbah."
(HR Muslim)
so brader-brader, syabab-syabab, abang-abang, adek-adek, serta pakcik-pakcik sekalian..
Moralnya, In shaa Allah lps ne bergeraklah ke masjid utk tunaikan solat Juamaat lebih awal yee. Toksah berlengah-lengah. Takkan time imam angkat takbir utk solat, baru awak-awak nak bergegas ke masjid? Kannn.. *smile*
Cakap pasal MUET smlm....
Sampai aje di sekolah, belum sempat jumpe tempat duduk.. sepanjang on the way berjalan ke kelas
ade ajee member yang sampaikan salam tahniah kpd aku. Errr.. kekok kejap. Bukan hape, tapi sebab aku pun sebenarnye time tuh tak check result lagi. Maka terpinga-pinga lah aku. Time kat rumah, seawal 3 pagi camtuh ada gak aku try nak semak keputusan via sms tapi mesej aku macam tak dapat nk go thru je. 3 kali msg, 3 kali xdapat tahuu result. Aku risau gak, cuba kalau yang diorang check tuhh tiba-tiba result sebanarnya berbeza? Malu woooo.... mana maw sorok ini muke? ahahah. siyess tak konpiden.
Satu lagi, kekok sebab... result ne result MUET kott. segan aku, bukan result STPM sbnr ke hape. Aku ne dah lah terkenal dengan kerendahan pointer aku. huahuahua. bila mmber lain ucapkn tahniah tuu, terasa ironi betul dgn result akademik aku yang sebelum-sebelum ne. Leuls. cam tak kene ajee gayanye.
Aku dapat band 4. Alhamdulillah. syukur. Gembira tgk teacher yang mengajar rasa gembira dgn keputusan aku tuhh. *teacher aku dr form 3 kott* Apapun, segala puji akhirnya berbalik jua kepada NYA. band yang lebih tinggi drpd orang lain? ada orang lagi tinggi laaa. ahahah. Ini rezeki, kebetulan terlebih 6 markah. Overall peratus penguasaan aku dlm MUET adlh aroud 60% shj. sangat average. gred B gituu. Kalau di tambahtolakdarabbahagi 4 paper yang aku amek pung, semuanya dlm area 60-75%. gred B juge belaka-belaka. Hmmm. Tapi penulisan memang hancus lah anyway. Markah tak sampai 50% penguasaan pung. Adehhh. Soalan tentang jutawan, habes larii dr topik yang aku contengkan time exam writing dulu. Choii ~
Tahniah ye awak-awak semua!!! Band 1 kee.. 2 kee atau 3 jugee tahniah. Aku rasa band tu tak membezakan hape sangat pun.Alah, boleh re-sit MUET kann? Andai rasa result tu tak bersesuaian dgn course ataw univ yang kita nak apply :-) Anyway.. Bila Allah, tidak memakbulkan doa utk cemerlang dlm MUET kalini contohnya, jika kita rasa down yang teramat sangat... bukanlah sebenarnya membawa erti kita tak cemerlang ke hape. It is just, maybe Allah tangguhkan doa yang tak diperkenankan itu untuk satu masa yang kita tak tahu yang jauh lebih baik dari skang. Mungkin tak superb mana dalam penguasaan bahasa inggeris.BTW, bukan selamanya akan berada pd tahap tu pung. In shaa Allah pembelajaran tu boleh je diteruskan andai ada kemahuan dan bukanlah berhenti di tengah jalan. Ada org mungkin krg sedikit dlm satu-satu hal. tapi baaaanyak kelebihannya dlm hal yg lain. Contoh, kurang cmrlang dlm MUET, tp penguasaanya dlm bidang atau subjek yang lain mmg mabrukk jiddan. Sama laa juge hebatnyaa! Tak gitu ke? Bagi aku, jangan bezakan taraf pandai dan tak pandai. sbb semua org ada kekurangan dan kelebihan yang berbeza-beza. Itu jehh.
Ini pandangan jalanan aku je. maaf kalau pincang. kebanyakan point aku pun dituju dan dibuat melalui permerhatian di sekolah aku ajee.
# aku tak suka bila satu-satu kekurangan seseorang itu diwar-warkan. Dari sudut psikologi, mungkin lah cara sedemikian katanya mampu tingkatkan motivasi segala, tapi aku rasa, adlh lebih wajar dan appropriate kalau teguran, atau nasihat buat seseorang itu diberi secara privasi antara dua pihak shj; yg menegur dan yg ditegur. Lagi pulakk yang bising-bising pasal kekurangan org lain secara berbasa-basi dn bergurau senda. mmg aku tak minat. Sungguh, aku yang terasa sakitnya. Peduli laa yang kene tegur terasa tak. Aku yang takde kaitan ne yang bole jadik emo. Leulsss. Sebok je aku. pelik kaann?
Cinta & Ukhuwah [Fasa 5]
Fasa 5
How can you say goodbye to someone
you never had?
Why do tears fall for someone you
never with?
And you should ask your self, why do
you love someone whose love was never yours?
Nur Ainul Jihada berjalan mundar- mandir.
Sekejap dia di bahagian belakang kelas 5 Alpha, kemudiannya pula dia berada di
bahagian hadapan kelas aliran sains tulen tersebut.
“Wei Jiha, tak payahlah kau berulang-alik ke
depan, ke belakang kelas. Macam emak kucing hilang anak, aku tengok kau.” Tegur
Ilyani Hanan yang tadinya tekun
menyiapkan latihan Matematik Tambahannya. Sejujurnya, dia sendiri naik rimas
melihat keadaan sahabatnya.
Nur Ainul Jihada berhenti sebentar,
melabuhkan punggungnya di atas kerusi, tidak jauh daripada Ilyani Hanan. Rambut
panjangnya yang diikat satu, dikemaskan ikatan reben putihnya.
“Ann, patut atau tak, aku confess dekat
Q feeling aku ni?” Riak wajah Nur Ainul Jihada tampak gelisah ketika dia
mengajukan soalan itu kepada Ilyani Hanan.
‘Jiha ni, merosakkan fokus, betul.’ Sudahlah
soalan latih tubi Matematik Tambahan yang dihadapinya ketika itu sanagat rumit.
Ditambah pula dengan kerumitan dilema sahabatnya itu. Kepala Ilyani Hanan
bertambah pusing dan pening.
“Aku cadangkan, better kau tak payah confess
feel kau tu. Kau kan tahu, Q tak layan benda-benda yang dia rasa mengarut
ni.” Ilyani Hanani membuang nafasnya. Perlahan.
“Tapi kalau kau nak go on dengan niat
murni kau tu, terpulanglah. In my opinion, tak salah kalau kau nak terus
terang perasaan kau. You should grab the chance untuk confess
sebelum dia pindah dari sekolah kita ni. Ikut engkau lah, Jiha.” Pelajar
perempuan tingkatan 5 Alpha yang memakai kaca mata phrameless itu kemudian
menyambung kembali tugasnya setelah kata-katanya dihabiskan. Nur Ainul Jihada
yang kebingungan dibiarkan.
“Apa ni Ann? Kau suggest supaya aku
tak confess feeling aku dekat Q and in the same time, kau suruh
aku grab the chance while he’s still here. Mana yang patut aku buat ni?”
Soal Nur Ainul Jihada sekali lagi. Ilyani Hanan seperti sudah malas merespon
bicara sahabatnya yang mula kedengaran seperti rengekan kanak-kanak kecil.
Ketukan perlahan pada muka pintu kelas 5
Alpha disusuli pula dengan ucapan salam oleh seseorang, sekaligus membuatkan
Nur Ainul Jihada kaku serta merta untuk seketika.
“Ada apa, Jiha?” Aju Ayisy Naqiuddin Bin
Dato’ Abu Bakar. figura sederhana tinggi yang berdiri di bahagian hadapan kelas
5 Alpha itu memulakan perbualannya dengan menyoal Nur Ainul Jihada Bt Dato’
Khusairi yang berdiri tidak jauh, dihadapannya. Lambat-lambat figura itu
menarik kerusi ke hadapan sebelum menjadikan kerusi tersebut sebagai tempat
menghilangkan lelahnya.
*****
Selepas menunaikan solat Zohor di rumah
pangsa milik ibunya, dia bersegera pula menyudahkan kerjanya menyusun pakaian
dan keperluannya ke dalam sebuah bagasi yang telah disediakan. Sebolehnya dia
mahu meluangkan lebih masa bersama ibunya pada hari itu memandangkan Brother
Joe akan mengambilnya dari sana pada petang nanti. Namun, apakan dayanya untuk
melakukan semua aktiviti tengahari itu mengikut perancangannya. Dalam keadaan
terpaksa, dia gagahi dirinya untuk melangkah kembali ke sekolah dek pesanan
penolong ketua tingkatannya ketika sesi persekolahan pagi itu.
“ Q, aku nak jumpa kau. Lepas Zohor, dekat
kelas ni.” Cepat-cepat Ainul Jihada melangkah setelah pesanannya disampaikan.
Ayisy Naqiuddin yang baru berpaling ke belakang tidak sempat merespon.
“Jiha!” Suaranya tinggi beberapa not;
berharap penolong ketua tingkatan 5 Alpha masih belum beredar dari kelas untuk
ke kantin. Ayisy Naqiuddin tidak perasan wajah putih melepak Ainul Jihada sudah
memerah, malu bertentangan mata dengannya.
“Ada apa-apa yang nak disampaikan?” Nur
Ainul Jihada mengangguk laju.
“Kau sampaikan pada waktu sekolah je lah.
Kalau tak pun, sebaik sesi P&P tamat. Boleh?” Cadangan Ayisy Naqiuddin
mendapat gelengan empunya tubuh ramping di hadapannya. Ayisy Naqiuddin naik
pusing. Setiap pertanyaanya dijawab dengan bahasa tubuh oleh Nur Ainul Jihada.
“Aku ada urusan yang perlu diuruskan
mengenai perpindahan aku. Mustahak sangat, Jiha. “ Intonasi suara garaunya
seakan merintih. Ayisy Naqiuddin bukan stok lelaki yang suka merayu. Dia
sekadar memerlukan pengertian rakan sekelasnya.
“Aku nak bincangkan sesuatu dengan kau.
Tentang kelas kita. Perkara ini pun mustahak juga.” Balas Nur Ainul Jihada.
Lebih yakin dengan pertuturannya. Ayisy Naqiuddin mengeluh perlahan. Sebagai
ketua tingkatan, dia merasakan dia tidak punya pilihan lain apatah lagi dengan tanggungjawab
yang sedia tergalas di bahunya.
“Demi kelas. Please Q. Sekejap je.”
Nur Ainul Jihada mencelah. Suaranya dilembutkan pada akhir bicara. Ayisy
Naqiuddin yang tidak berkesempatan merespon, akhirnya sekadar mengangguk lemah.
*****
“Q, aku suka dekat kau sebenarnya.”
Ayisy Naqiuddin terpana beberapa saat. Sekelip mata
ulang-tayang senario yang terjadi pada pagi itu sirna serta merta.
Barangkali Ayisy Naqiuddin tidak menumpukan perhatiannya
terhadap Nur Ainul Jihada memandangkan sejak mereka bertemu tengahari itu,
figura di hadapannya hanya bertanya khabarnya, bertanya ‘dah packing baju ke?’,
‘Q, kau dah makan?’ , ‘nanti kau akan
pindah ke sekolah mana?’ dan soalan-soalan remeh lain yang sewaktu dengan yang
sebelumnya. Sebentar tadi, soalan-soalan sebegitu hanya dibalasnya dengan
anggukan, gelengan dan baris-baris perkataan pendek, yang mudah-mudah.
“Q, kau dengar tak? I am confessing right now.” Tempik
Nur Ainul Jihada dalam pada kadar tahap kelembutan suaranya masih dikawal
dengan cemerlang. Dia tidak berpuas hati melihat wajah bersih di hadapannya
begitu tenang mendengar pengakuannya sementelah dia begitu gabra, risau dan
berdebar-debar dengan tindakannya sendiri.
Ayisy Naqiuddin bangkit dari duduk. Tangan kanannya yang
diseluk ke dalam kocek seluar dikeluarkan. Kerusi yang digunakannya, disorong
kembali ke tempat asal. Dia memandang ke arah Nur Ainul Jihada tetapi
memastikan pandangan mereka tidak bertembung antara satu sama lain.
“Aku ingatkan kau betul-betul nak jumpa aku sekarang sebab
urusan kelas yang penting. Aku kena pergi dulu, Jiha. Mak aku tunggu aku
balik.” Ayisy Naqiuddin berkira-kira
untuk melangkah keluar. Sakit hatinya mengenangkan kebodohannya mempercayai
cakap Nur Ainul Jihada bulat-bulat dan
kemudian menghabiskan waktu yang sepatutnya digunakan untuk meluangkan masa
bersama ibu yang tersayang.
“You are about to move to the other school and because of
that, I’m confessing my feeling to you.
This is about my feelings and it’s important.” Hancur hati perempuan
Nur Ainul Jihada yang selama ini memendam perasaannya kepada Ayisy Naqiuddin.
Dia mula menunjukkan sikap sebenarnya yang tidak sabar.
‘I’m not couple yet and I’m not liking anyone else except
him, for three years. Ini yang aku dapat? He rejected me just now,
straight away in front of me, mentah-mentah! I’m ruining my own pride as
anak Dato’ Khusairi because I lke him. This is too much and shameful.’
Getus hati kecilnya.
“Seek for Allah’s bless and love should be your priority,
Jiha. Liking me wouldn’t give you anything
even hapiness and satisfation. Trust me, you won’t dissapoint for
seeking His love. Faith Him. It’s true
and forever.” Balas Ayisy Naqiuddin. Kata-kata itu terpacul sendiri tanpa
dirancang.
“I’m liking you for three years and I am serious about my
feeling towards you. “ Sikap sebenar Nur Ainul Jihada Bt Dato’ Khusairi
yang tidak pantas menyerah kalah semakin terserlah. Ayisy Naqiuddin mengurut
pelipisnya. Kerenah Nur Ainul Jihada sukar untuk dipenuhi kerana rakan
sekelasnya itu tetap berdegil; menegakkan keinginannya.
“Aku hargainya. Tapi, aku minta maaf, perasaan aku bukan sesuatu yang boleh dipaksa.” Balas Ayisy Naqiuddin perlahan.
‘aku juga kecewa dengan kau yang tidak hargai cinta
sebenar yang sewajarnya kau kejar dan
gilakan. Cinta sebenar adalah dengan mencintai Ilahi.’ Baris seterusnya sekadar
diungkap dalam hatinya.
Sudah menjadi
kelaziman, kaum perempuan sememangnya begitu mudah berkecil hati dan
mengalirkan air mata. Hati mereka selembut sutera.
Tubir mata yang semakin sarat dengan air mata penyesalan dek
tidak menghiraukan nasihat Ilyani Hanan sebelumnya cuba dibendung sebaik
mungkin dari pecah; menangis. Nur Ainul Jihada sakit hati mengenangkan egonya
yang dirasakan teruk tercalar oleh seorang lelaki yang selama ini kelihatan
sempurna di matanya.
Ayisy Naqiuddin malas berfikir panjang.. Dia tunduk sekejap,
menekur lantai.
“Jiha, aku balik dulu. Jaga kelas baik-baik. All the best
for both of you. Pergi dulu, ya.”
Dia mengukir senyuman nipis kepada Ilyani Hanan yang dirasakan begitu
bersabar mendengar dan menyaksikan drama sebabak oleh Jihada dan dirinya. Ayisy
Naqiuddin menuturkannya dengan sekali lafaz. Dia melangkah keluar dari kelas
dan berjalan pulang ke rumahnya.
Nur Ainul Jihada menjerit kecil, nyaring. Menghamburkan
ketidakpuasan hatinya. Dia merasakan dirinya ‘looser’ pada awal petang
itu. Nur Ainul Jihada menagis teresak-esak persis anak kecil. Ilyani Hanan yang masih setia dengan buku
latih tubi Matematik Tambahannya menggeleng beberapa kali.
‘‘Kenapa lah, perempuan mesti memalukan diri sendiri dan
menjadi selemah ini? Tak kuasa aku.’’ Dia menghamburkan persoalan, disusuli
keluhan pada akhir monolognya. Perlahan.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::Cinta&Ukhuwah:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Jauh pula dirasakan perjalanan dari
sekolahnya ke rumah walaupun dia melangkah laju.
“Assalamualaikum
mak.”
Ayisy
Naqiuddin meluru masuk. Kakinya diteruskan melangkah ke dapur, mencari segelas
air masak sebagai penghilang lelah.
“Dah habis
dah, urusan awak dekat sekolah tu?” Puan Haslin mendapatkan anak lelakinya yang
baru pulang ke rumah. Dia melabuhkan punggung di sebelah Ayisy, di atas sofa
biru tua yang mulai lusuh di ruang tamu mereka.
Ayisy
Naqiuddin mengangguk.
“Tak ada
pun yang penting.Tu yang cepat-cepat Ayisy balik teman mak.” Puan Haslin
tersenyum nipis. Dia gembira dengan kehadiran Ayisy Naqiuddin dalam hidupnya
kerana anaknya itu pandai mengambil hati, manja dan sangat rajin membantunya.
“Kawan awak
yang perempuan tu rindu awak agaknya. Tambah pula hari ini hari terakhir awak
bersekolah dengannya.” Usik Puan Haslin.
“Eh, tak
adalah mak. Kawan-kawan Ayisy tak adanya yang layan jiwang macam mak cakap tu. Ada-ada je, mak ni.”
Balas Ayisy Naqiuddin. Dia senyum segaris melihat ibunya menguntum senyum,
mengusik. Untuk seketika, wajah Nur Ainul Jihada melintas dalam pemikirannya.
Mereka
menjadi rakan sekelas selama tiga tahun berturut-turut. Ayisy Naqiuddin
benar-benar tidak menyangka dirinya disukai Nur Ainul Jihada dalam diam
sepanjang tempoh waktu tersebut. Bukan ingin berlagak sombong atau sengaja menyakiti Ainul Jihada, Ayisy Naqiuddin sememangnya seorang yang tidak cenderung tentang soal cinta dan perasaan. Sebagai satu-satunya anak kepada ibu yang berstatus ibu tunggal, sejak awal fokusnya hanya untuk ibu.
'Mungkin aku belum rasa. Sampai satu masa, aku juga akan rasa, perasaan mencintai seseorang dan ingin dibalas cinta. Cuma waktuya bukan sekarang.' Getus hati kecilnya.
“Barang-barang
keperluan dan baju yang nak dibawa ke rumah papa awak dah dimasukkan kesemuanya
dalam beg?” Puan Haslin inginkan kepastian. Kata-katanya mematikan lamunan
Ayisy Naqiuddin.
“Dah.” Anak
lelakinya menjawab pendek.
“Jom.” Dia bangkit dari duduk. Diikuti Ayisy
Naqiuddin.
“Nak pergi
mana, mak?”
“Solat Asar
lah sayang oi. Tak lama lagi Brother Joe kamu tu sampai.”
“Kak
Johanna lah mak.” Ayisy Naqiuddin ketawa kecil di hujung kata-katanya.
“Awak
imamkan mak, ya.”
“Ya lah,
mak. Takkan lah mak yang imamkan Ayisy.” Ayisy Naqiuddin membalas nakal. Dia
menyangka petang masih di awal waktu. Melihatkan jarum jam yang sudah menginjak
pada angka lima, dia tahu dia telah tersalah andai.
“Main-main
pulak budak ni.” Figura Puan Haslin sudah menghilang di sebalik daun pintu
biliknya.
Usai menunaikan solat Asar
berjemaah, Puan Haslin yang sudah bersiap berbaju kurung sibuk menyiapkan
juadah minum petang di dapur sambil dibantu Ayisy Naqiuddin.
“Assalamualaikum.”
Salam Joe yang kedengaran disambut oleh Puan Haslin. Dia bergegas ke pintu
hadapan, menyambut kedatangan tetamu yang tiba.
“Sihat
puan?” Joe ramah bertanya sebaik dipersilakan masuk. Dato’ Abu Bakar menyusul
di belakang langkah pemandunya.
Puan Haslin
mengangguk.
Ayisy
menyalami tapak tangan bapanya sebaik Dato’ Abu Bakar menjejakkan kakinya,
masuk.
Kempat-empat
mereka menuju ke dapur untuk menikmati minum petang yang telah disediakan.
“Rindu lah saya lepas ni. Ayisy dah
jauh sikit. Jarang-jarang berjumpa pula tu.” Puan Haslin mengemukakan
pendapatnya. Dia lihat Dato’ Abu Bakar mengangguk beberapa kali tanda mengerti.
“Masa dia
balik wajib nanti, Lin telefon saja si Joe tu, minta dia bawakan Ayisy ke sini.
Abang tak kisah pun”
Dato’ Abu
Bakar berhenti seketika sebelum menyambung kata-katanya.
“Lin tahu,
bukan. Abang pindahkan Ayisy ke sekolah barunya untuk berikannya didikan yang
lebih baik. Tambahan pula tahun ini tahun terakhirnya bersekolah dan merupakan
tahun paling penting buatnya. Abang inginkan yang terbaik untuknya seperti mana
yang diharapkan oleh Lin. Walaupun kita dah berpisah, abang tidak mahu lalai
dalam menjalankan tanggungjawab abang sebagai seorang ayah kepada Ayisy
Naqiuddin.” Suara Dato’ Abu Bakar sayu. Dia terkenangkan jodohnya dengan Puan
Haslin yang tidak berpanjangan.
“Lin faham
dan berterima kasih pada abang sebab bertolak ansur dengan Lin. Setiap tahun
abang minta izin Lin untuk tukarkan Ayisy ke sekolah swasta pilihan abang tu,
Lin selalu berdegil dan abang tak kisah pun. Sebaliknya, abang memberi peluang kepada Lin, bersama dengan
Ayisy lebih lama dari apa yang dirancang.
“Lin berhak
kerana Lin ibunya. Lin, tak usah risau lah. InsyaAllah, abang dan keluarga
abang akan jaga Ayisy baik- baik sepanjang dia dalam jagaan kami. Anak awak tu
sudah besar dan menjadi anak yang baik. Abang pasti dia akan cepat sesuai
belajar dan menuntut di sekolah barunya.” Dato’ Abu Bakar pula membalas
kata-kata bekas isterinya. Panjang dan terperinci.
“Tuan, kita
dah boleh berangkat.” Ucap Joe pendek, penuh hormat. Ayisy Naqiuddin bersalaman
dengan ibunya.
“Ayisy mesti rindu mak nanti.” Dato’ Abu Bakar yang
mendengar kata-kata Ayisy Naqiuddin mengukir senyumannya. Kemesraan antara
bekas isterinya dengan anaknya begitu ketara.
“Jaga diri
awak baik-baik. Jangan jadi budak nakal.” Pesan Puan Haslin. Dia berlapang dada
dipisahkan buat pertama kali, untuk sementara waktu dengan anak tunggalnya.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::Cinta&Ukhuwah:::::::::::::::::::::::::::::::::::
“Kak Long,
kakak. Tengok Adik Syakir ni, dia kacau orang buat kerja orang.” Rengek Achik,
meminta simpati daripada Hana Hazwani dan Hawa Hanani.
Hana
Hazwani angkat kening. Dia sendiri bingung bagaimana caranya untuk memuaskan
hati Achik. Masuk kali ini, sudah tiga kali Achik datang dan merengek mengenai
Adik Syakir di hadapan mereka semenjak mereka sampai ke rumah petang tadi.
“Apa pula
kali ni, Achik?” Soal Nani lembut. Rambut panjang paras bahu adiknya disisir
kemas dari menutupi wajah putih gebunya.
“Syakir tu
kacau orang. Orang nak buat kerja sekolah orang lepastu dia pergi ambil pensel
yang orang guna tu. Tak minta izin pun, Kak Long.” Terang Achik panjang lebar,
bersungguh-sungguh. Walaupun sudah menginjak dua belas tahun, susuk tubuh Achik
yang halus dan sikapnya yang lebih manja menyebabkan dia kelihatan seperti anak
bongsu dalam keluarga berbanding Adik Syakir.
“ Syakir!
Ke sini sekejap.” Nani memanggil adiknya yang seorang lagi. Sementara itu Achik
sudah melabuhkan punggung di sebelah Wani. Dia membisikkan sesuatu kepada kakak
keduanya. Dia minta dibela.
“Syakir
buat apa pada Achik?”
“Dia ambil
pensel orang, tak minta izin. Syakir berdosa.” Achik memotong kata-kata Nani
sebelum sempat dihalang Wani di sebelahnya. Kak Long dan kakak, keduanya
menggelengkan kepala dengan sikap adik perempuan mereka.
“Jangan
potong cakap Kak Long.” Wani bertegas.
“Orang nak
pinjam pensel Achik, kejap je. Mana orang tahu Achik tengah buat kerja sekolah
dia sebab dia asyik tengok TV je. Achik bukannya buat kerja.” Balas Adik
Syakir.
“Orang buat
kerja sekolah lah! Mana ada orang tengok TV. Orang nak UPSR tahun ni, orang tak
malas macam Syakir.” Bidas Achik sekali lagi.
“Achik kata
orang malas. Achik tu perasan rajin.” Ejek Adik Syakir. Mereka berdua mula
bertikam lidah. Wani dan kakak sulungnya, Nani berpandangan sesama mereka.
“Kakak tak
mahu Achik dengan Syakir bergaduh macam ni. Tak elok, tahu.”
“Achik kan
dah besar. Bertolak ansur lah dengan Syakir ni. Maafkan lah dia kalau dia buat
salah. Berapa kali kakak perlu bagi tahu, memaafkan orang, pahalanya besar.
Sedangkan Rasulullah ampunkan umatnya, takkan lah Achik tak boleh maafkan adik
sendiri?”
“Syakir pun
sama. Jangan timbulkan salah faham dengan Achik. Buat kerja sama-sama. Hormat
Achik. Lagipun setahu kakak, kau orang tak macam ni masa duduk dengan Tok Wan.
Kau orang nak tarik perhatian kakak, ya.”
Wani menampal senyum lebar melihatkan adik-adiknya yang membisu
dileterinya.
“Kalau
abang ada, abang mesti backup orang.” Syakir menokok perlahan.
“Kalau dia
ada, dia pun akan cakap benda yang serupa seprti yang kakak cakapkan tadi.”
Laju Wani memintas kata-kata adik bongsunya yang berusia sembilan tahun itu.
Adik Syakir mencebik, tidak puas hati.
*****
“Bila Kak Long and the geng
tu sampai?” Suara Syafiq dalam talian tersebut mematikan lamunan Wani mengenai
peristiwa yang berlaku di rumah setelah waktu makan malam tadi.
“Pardon?”
“Akak
mamai, ya? Abang tanya, bila Kak Long
dan yang lain-lain tu sampai ke rumah?”
“Awal
petang tadi.” Wani membalas pendek. Sesekali dia menguap, menahan kantuk yang
diganggu.
‘Apa lah,
abang ni call malam-malam buta macam ni.’ Rungut nya dalam hati. Achik yang
tidur lena di sisinya, tidak terjejas langsung dengan bunyi nada dering yang
kuat memekik minta diangkat sebentar tadi.
“Kenapa Kak
Long balik sini? Ada apa-apa yang terjadi?” Soal Syafiq lagi.
“Tak ada
lah, bang. Kak Long cuma rindukan rumah. Dia bawa Achik dengan Adik Syakir
sebab dia orang pun dah lama tak balik. Noted.”
“Oh.”
“Abang,
kenapa call akak pukul dua pagi ni? Ada problem, ya?”
“Tak lah.
Nak kejut akak untuk solat tahajud.” Ada tawa kecil bersisa pada hujung bicara
Syafiq.
“Serius lah
sikit, abang oi.”
“ Tadi ada
spot check dekat asrama al-Ikhwan. Semua exco terlibat sama dengan beberapa orang
warden. Baru saja selesai.”
“Baru
selesai pukul dua pagi?” Wani mula berminat dengan cerita Syafiq.
“Dah
selesai sejam lebih awal. Farouq jumpa telefon bimbit dalam dorm budak junior.
Bila diselidik, telefon tu mengandungi beberapa gambar dan video lucah. Apa
lagi, mengamuk lah Farouq. Dia ambil
masa sejam bersemuka dengan budak junior tersebut.
“Abang
terlibat juga?” Wani bertanya lanjut. Dalam hati, dia mengutuk perbuatan
pelajar yang terlibat melakukan perbuatan teruk sebegitu.
“Abangkan
exco al-Ikhwan. Mestilah terlibat. Tapi yang banyak ‘membasuh’ budak tu, Farouq
lah. Sampai menangis budak tu di’basuh’nya.”
“Akak rasa
simpati pula dekat budak junior tu. Walaupun Farouq jenis yang penyabar, baik
hati serta banyak bertolak ansur dalam tugas dia, sekali dia marah,
kata-katanya mesti menyakitkan dan sinis. Bukannya akak tak kenal dia.” Wani
terbayangkan saat Farouq memarahi seorang pelajar sebayanya ketika mereka
belajar di darjah enam. Dia yang memegang jawatan ketua pengawas ketika itu,
mengamuk sakan dengan tindakan rakan sebayanya yang mengaitkan nama ibunya
ketika ditegur kerana merokok di tandas lama .
“Tak perlu
nak simpati. Budak tu melakukan perbuatan yang salah dan menegurnya adalah
tanggungjawab kami sebagai pelajar senior. Farouq merupakan KU madrasah.
Tanggungjawabnya lebih besar. Dia bagitahu abang, di kesal dengan perkara yang
terjadi seolah-olah salah laku budak junior tadi adalah disebabkan kelalaian
dia bertegas dalam berkongsi tarbiah di madrasah dengan mereka semua. Dia mahu kembalikan
bi’ah solehah madrasah yang semakin menghilang.”
Syafiq
berhenti bercakap untuk seketika.
“Akak tak
perlu lah membayangkan apa yang terjadi waktu sekolah rendah dulu. Sesi
‘membasuh’ tadi tidaklah seteruk yang akak bayangkan. Farouq sudah semakin matang.
Kata-katanya mungkin menyakitkan dan sinis tapi, sangat berhikmah, intonasi
suaranya tegas dan keras tapi dia tidak sekali-kali pun menengking budak
tersebut.”
“Lega akak
dengar abang cakap macam tu.”
“Baguslah.
Abang ucapkan terima kasih sebab sudi menadah telinga mendengar cerita abang
pagi-pagi buta macam ni.” Syafiq membalas ramh. Suaranya lembut menutur
kata-kata dalam talian.
“Kalau ibu
tahu, teruk abang kena leter sebab ganggu masa tiduk akak.”
“Abang
menganggu? Sorry ya kak.”
“Secara
konsepnya, ya. Tetapi, kalau bukan pada kakak, siapa pula lah agaknya mangsa
menjadi pendengar setia abang.”
“Okay lah,
kak. Take care. Baca doa tidur, sebelum tidur. Kirim salam pada Kak Long yang
abang respect, Achik yang cute and Syakir yang dirindui dengan lafaz
Assalamualaikum.”
“InsyaAllah.
Abang pun, jaga diri ya. Isnin nanti kita jumpa di madrasah. Kalau abang tak
busy dengan urusan exco abang, tu. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Wani
meletakkan telefon bimbitnya di meja sisi. Lampu meja sisi dimatikan.
Perlahan-lahan selimut ditarik menutup tubuhnya yang kesejukan akibat pendingin
hawa. Dia mahu tidur nyenyak, seperti Achik di sebelahnya.
Wednesday, September 18, 2013
Takutkan Masa Depan?
Assalamu'alaikum wbt.
Aku saje letak gif tuu sebab aku rasa gif tu menarik.
Aku nak sambung PBS Ekonomi, sakit kepala pulee malam ne.
Tambah pulak, esok Dyba kata nak switch giliran bentang slide ekonomi dengan aku...
memang on ajee lah aku nak tangguh lagi sudahkan slide aku yang tinggal ciput je nak siap tuh.
Aku taknak fikir pasal masa depan.
Aku fikir je kadang-kadang tapi bukanlah dengan perancangan yang jauh ke depan.
Bagi aku..
Aku tahu, apa yang jadi harini.. harungi aje sebaiknya.
Semoga harini lebih baik dr semalam dan begitulah seterusnya.
Aku meletakkan yakin dan percaya atas ketentuan dan takdir Tuhan dalam doa dan pengharapan.
Aku percaya, buat baik, rancang dengan baik serta ada niat yang baik..
In shaa Allah apa yang akn berlaku di hari muka nanti,
Allah juga akn berikan balasan yang baik atas tiap-tiap usaha.
Aku bukan jenis yang usaha tahap cemerlang dan gemilang, sekadar usaha yang semampunya.
Asalkan hati gembira dan puas kerana setiap ruang dan peluang tidak disia-siakan.
Itu yang aku pegang.
Taklah terus jadi pasak.
Tapi begitulah corak pemikiran aku. Sort of.
Jujur.
aku manusia biasa kan.
Tambahan sebagai prempuan yang tak lari dr pengaruh emosi.
Kalau ditanyakan pd aku banyak kali,
kalau diasak selalu dgn persoalan untuk dipertimbangkan
takut dan risau mesti ada
Aku takut nak fikir masa depan.
Sebab masa depan tentu penuh dengan tanggung jawab.
Aku taknak fikir sebab aku nak nikmati feeling pelajar sekolah; gaya kanak-kanak
yang sementara ne. Tanggung jawab di masa depan op koss lebih payah.
Tanggung di sini, jawab di akhirat.
Mampu ke nak merancang yang tersempuna demi jaminan masa depan?
Aku tak fikir jauh sangat selalunya.
Tapi petang tadi, walaupun taknak fikir...
aku fikir jugak soal masa depan ne.
Rasa macam banyak sangat perkara, pandangan, persoalan yang bermain dalam kepala.
Aku rasa macam dipaksa fikir.
Jantung aku berdebar semacam je sepanjang petang. Lepas Isyak baru okayy.
But then, skang sakit kepala pulak.
tengah leka-leka, soalan yang banyak-banyak psl masa depan dtg menerjah ruang fikiran.
Aku taknak fikir.
Tapi aku terfikir gak.
Aku takut nak fikir sebenarnya.
Dia dah fikir.
jauh sangat dia fikir.
Aku takut tak mampu kejar.
Aku takut tak terkejar.
Disebabkan nak mengejar, aku paksa diri untuk fikir dan selami apa yang dia fikir.
Sudahnya aku jadi macam skang. terpinga-pinga, sakit kepala.
Terlalu baik. Tapi aku tak sempurna. Tak layak tapi hendak.
Apa ne -..-"
Bila tertekan macam ne, salu nampak jalan penyelasaiannye tidur. Sedangkan yang lebih baik
itu adalah mendirikan solat dan berdoa
# maaf. aku punye post kalini merepek. Aku je agaknye yang paham. Entahlah. Kepala sakit, penulisan pun macam hape je. Baek gi solat annn. Kbai. Adios. Wassalam'alaikum. May Allah bless us.
Subscribe to:
Posts (Atom)