Wednesday, December 18, 2013

Dulu yang Dirindu

Haikal menoleh , memandang Nurhanim di sebelahnya .
"Kau kenapa kak ?" Wajah kembarnya yang tidak beriak dipandang lama menunggu jawapan .
Nurhanim masih diam . Lambat-lamba dia melepaskan keluhan kecil . 
"Aku rasa macam . . ." Nurhanim masih berkira - kira ayat seterusnya . Pandangannya bertemu dengan pandangan Haikal saat dia menoleh .
"Lifeless ." Ayatnya dinoktahkan dengan sepatah perkataan . 

"Apa doe ?" Haikal angkat kening , gayanya seperti tidak bersetuju dengan jawapan saudara kembarnya itu .
"Apa yang apanya ?" 
"Lifeless . Tak hidup . Apa yang tak hidupnya kak ? Aku tengok kau okay je ."
"Ish , memanglah aku okay and hidup elok je . Kalau tak , aku tak bercakap dengan kau sekarang ni ." Automatik tangannya menumbuk perlahan bahu Haikal . 
"Slow lah kau . " Omel Nurhanim . 
"Dah tu ? Cuba explain panjang - panjang dekat aku sampai aku paham . Aku rasa istilah lifeless tu macam melampau sangat . "
"Aku rasa macam kosong . Macam ada yang tak kena sepanjang cuti semester ni . Setiap hari aku seronok habiskan masa aku marathon drama dan movie , happy lepak dengan member hari tu and enjoy je percutian family kita sebelum ni . Aku takde pulak bosan atau sedih ke hape . Tapi still somewhere aku rasa aku lifeless jugak ." Panjang lebar Nurhanim meluahkan kepada Haikal yang masih mendengar .

"Kau rasa , kenapa kau macam tu ?" Suara Haikal mendatar . Dia turut berfikir sesuatu .
"Manalah aku tahu ." 
"Cehh , jawapan macam orang hilang arah tuju . Fikirlah sikit kak ."
"Nak fikir apa lagi ? Tak ada apa pun yang kurang . Semuanya biasa . Aku bangun , makan , jalani hari - hari aku dengan gembira , solat bila masuk waktu dan tidur balik . "

"Aku rasa kak , kau sebenarnya feel lifeless tu dalam ibadah je sebenarnya . 

Haikal bangkit dari duduk dan menapak ke arah rak - rak buku pada satu sudut biliknya . 
Buku Penenang Jiwa , Pengubatan dan Rawatan terjemahan Mukasyafah al - Qulub terjemahan oleh Imam al - Ghazali dicapai dan dibelek-belek sekejap sebelum diletakkan semula pada tempatnya . 
Letak kaca mata pada batang hidungnya diperbetulkan .

"Kau rasa apa time solat atau mengaji , kak ?"
"Rasa . . . Rasa biasa je lah ." Laju Nurhanim merespon . Dia sebenarnya masih kabur dengan telahan Haikal .
"Sebelum ni kau tak macam ni . Sebelum ni kalau kau mengaji bukan takat lepas maghrib je . Asal ada waktu lapang kau ngaji . Kau bila tang berdoa lepas solat , doa kau panjang sekali . Bukan aku tak tahu kau menangis time - time macam tu . Kau rajin kejut aku bangun qiam sebelum ni . Sekarang , bukan takat kau tak kejutkan aku . Bila aku kejut kau pun , kau tak bangun  . Kau tidur lambat sebab sibuk dengan drama kau tu lah agaknya . "


Awalnya dia seperti ingin marah mendengar baris terakhir diucapkan Haikal . Terasa tersindir sekalipun kembarnya menuturkan seperti kebiasaannya . Nurhanim menunduk saat Haikal sudah kembali melabuhkan punggung di sebelahnya . Apa yang barusan diberitahu kembarnya itu seolah - olah tidak disedarinya sebelum ini . 

"Kau banyak sangat enjoy agaknya cuti ni . Kau bukan tak tahu , hiburan dunia mengurangkan kelazatan dalam beribadah . " Mata Haikal mengecil , segaris senyum tertampal pada wajahnya . 

Nurhanim diam . Sebuah kisah yang pernah dikhabarkan kepadanya kembali menerpa dalam kepala mengenai seorang pemuda . Pemuda tersebut bertanya kepada imam Syafii, "Wahai Imam, apa siksa dan azab Allah di dunia bagi orang yang melalu kan maksiat walau ia terlihat solat dan melakukan ibadah lainnya ?" Al-Imam Syafii menjawab "Hurrimat munaajatuh wa halaawatuh lillah…… Allah cabut kelazatan solat dan Allah haramkan manisnya munajat"

Keluhan berat ditahan dalam diam . Akur . Nurhanim sedar .

"Hilang kelazatan beribadah tu bentuk azab Allah dekat dunia . Kau perli aku eh ?" Nurhanim buat - buat mencebik . Sejujurnya dia terpukul dengan kata - kata Haikal . 'Dasar bekas ketua BADAR betul lah kau ni K .' Hati kecilnya mengomel .
"Mana ada aku perli kau . Tu pendapat aku based on 'lifeless' yang kau cakap tadi ."
"Kak , kalau kau rasa apa yang aku cakap tu betul kau mesti lebih tahu apa yang kau patut buat ."
"Hmm . . " Nurhanim mengangguk perlahan .

"Kak , kau rindu tak diri kau yang sebelum ni macam yang aku cakap tu ?" Haikal menyambung , ingin tahu .
"Gila kau tak rindu . Mestilah rindu . " Nurhanim mengangkat muka . 
"Thanks K . " Segaris senyuman manis ditampal pada wajahnya , dihadiahkan buat saudara kembarnya . 

Ada sesuatu yang perlu dibuat . Dia bukan perlu berubah . Dia cuma perlu kembali kepada diriya dulu , dirinya yang lebih baik . Nurhanim memasang tekad . 

- T A M A T -


[notakaki] Ada orang yang dulunya dia lebih baik dari sekarang , maka kembalilah pada waktu itu . Kita lebih tahu apa yang dirasa . Tepuk dada , tanya iman . err FYI , cerpen tak sebeghape ini sebenarnye refleksi untuk diri sendiri aje . maka sbb tu jalan cerite macam hape jeh kan . . . 

oh yeahh uols juga boleh singgah SINI kalau agak - agak terindu diri korang yang dulu :)
Assalamualaikum . Ilalliqa'